Header Ads

Belajar Bahasa Jepang 1: Pola Kalimat WA

Pada materi pelajaran Bahasa Jepang pertama ini kita akan memulai dengan partikel wa. Setidaknya partikel wa ini merupakan partikel yang sangat sering dipakai dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Jepang, sebetulnya wa ini tidak ditulis dengan huruf Hiragana wa namun menggunakan huruf ha.

Oleh karena itu kami mengharapkan Anda untuk segera mempelajari huruf Jepang Hiragana maupun Katakana di situs ini. Hal ini akan mempermudah proses belajar bahasa Jepang karena banyak materi pelajaran bahasa Jepang kami menggunakan huruf Hiragana, Katakana dan bahkan Kanji. Kita mulai pelajaran pertama penggunaan partikel wa untuk kalimat positif:

# 1. Kalimat pernyataan:

... wa ... desu

...  ... です

  Contoh penggunaannya dalam kalimat:

Watashi wa gakusei desu

わたし  がくせい です

Saya adalah pelajar

Jika Anda perhatikan huruf wa diartikan sebagai adalah sedangkan desu merupakan kopula sehingga tidak diartikan, namun tetap digunakan dalam kalimat. Meskipun wa dalam contoh di atas diartikan sebagai adalah, namun kalimat,

わたし  がくせい です

Dapat juga diartikan dalam Bahasa Indonesia sebagai,

Saya pelajar

  Memahami maksud dari sebuah kata atau kalimat dalam bahasa Asing jauh lebih baik daripada sekedar menterjemahkan menggunakan bahasa kamus. Bahkan jika Anda memulai belajar bahasa asing dengan menterjemahkan sesuai bahasa kamus, kemungkinan proses belajar Anda menjadi sangat lambat. Selanjutnya kita tambahkan contoh penggunaan partikel Wa agar Anda semakin paham  

Watashi wa otoko desu

わたし  おとこ です

Saya adalah laki-laki

  Nah, coba Anda perhatikan penggunaan bahasa Jepang diatas. Kalimat Watashi wa otoko desu sudah benar, namun jika diartikan dalam bahasa Indonesia terdengar ada yang janggal jika kita menterjemahkan wa sebagai adalah. Menurut saya, kalimat "Saya laki-laki" jauh lebih terasa benar daripada "Saya adalah laki-laki". Inilah jika kita mengartikan bahasa menggunakan kamus, bukan memahami maknanya. Ok, kita contohkan satu kalimat lagi yang akan membantu Anda memahami mengapa belajar bahasa asing, khususnya Bahasa Jeapang, supaya tidak mengartikan perkata seperti di dalam kamus. Jika Anda masih melakukan itu, Anda akan gagal total. Contoh kalimatnya seperti ini:

Anata wa kirei desu

あなた  きれい です

Kamu adalah cantik

  Silahkan mencoba mengatakan kepada teman Anda, "Kamu adalah cantik". Mungkin teman Anda akan mengira ada yang tidak beres dengan diri Anda, atau mengira Anda butuh belajar Bahasa Indonesia lagi. Yang benar, "Anata wa kirei desu" jangan diartikan "Kamu adalah cantik" tetapi diartikan sebagai:

あなた  きれい です

Kamu cantik

  [box type="note" align="aligncenter" class="" width=""] * Penting !: Segera pelajari cara membaca dan menulis huruf Hiragana dan Katakana agar lebih mudah memahami materi pelajaran di website ini. [/box] Sedemikian pentingnya Anda perlu memahami makna sebenarnya dari bahasa jepang tidak hanya seperti penggunaan kamus. Tetapi seperti saat digunakan dalam bahasa sehari-hari. Untuk itu, kami telah membagikan "Rahasia Mahir Berbicara Bahasa Jepang" yang dikhususkan bagi mereka yang ingin memahami Bahasa Jepang secara riil. Rahasia ini telah disiapkan untuk mereka yang ingin mempersiapkan diri pada era globalisasi perdagangan.   belajar bahasa jepang  

#2. Kalimat Negatif / Penyangkalan

Setelah sebelumnya kita mengulas bentuk positif ... ... です, pada pelajaran selanjutnya kita akan membahas lebih jauh bentuk negatif dari pelajaran bahasa Jepang yang pertama. Pada pelajaran ke-dua ini sebenarnya masih cukup mudah dipahami jika kita mengerti betul pelajaran sebelumnya. Kita hanya perlu mengganti kata desu menjadi dewa arimasen yang dapat diartikan "Bukan".

です -> では ありません

  Bentuk Positif  わたし は がくせい です [ Watashi wa gakusei desu ] jika diubah menjadi bentuk negatif わたし は がくせい では ありません [ Watashi wa gakusei dewa arimasen ] yang dapat diterjemahkan menjadi "Saya bukan pelajar".   Selain では ありません terdapat 3 bentuk frase yang menunjukkan kalimat negatif, diantaranya:
  1. では ありません [ DEWA ARIMASEN ]
  2. じゃ ありません [ JYA ARIMASEN ]
  3. じゃ ない です[ JYA NAI DESU ]
  Kita contohkan penggunaan dalam kalimat bentuk negatif dibawah ini.
() Watashi wa gakusei desu

 私 は 学生 です

Saya (adalah) pelajar
( - ) Watashi wa gakusei dewa arimasen

私 は 学生 では ありません

Saya bukan pelajar
( - ) Watashi wa gakusei jya arimasen

私 は 学生 じゃ ありません

Saya bukan pelajar
( - ) Watashi wa gakusei jya nai desu

私 は 学生 じゃ ないです

Saya bukan pelajar
  [box type="note" align="aligncenter" class="" width=""] * Penting !: Segera pelajari cara membaca dan menulis huruf Hiragana dan Katakana jika Anda serius belajar bahasa Jepang. [/box] Meskipun ketiga bentuk negatif では ありません、じゃ ありません、maupun じゃ ないです memiliki pengertian yang berbeda yaitu menunjukkan penyangkalan yang dapat diartikan "bukan". Namun dalam keseharian penggunaan では ありません lebih sopan daripada kata じゃ ないです.   

#3. Kalimat Tanya

Untuk mengubah kalimat pernyataan menjadi kalimat tanya sangatlah mudah. Sebetulnya hampir mirip dalam bahasa Indonesia, yaitu menggunakn "kah" sedangkan dalam bahasa Jepang cukup ditambahkan "か" (ka) Di dalam bahasa Indonesia kita dapat membuat kalimat pernyataan:

Saya Pelajar.

Jika kita ubah kalimat tersebut menjadi kalimat tanya cukup menambah "kah" sudah dapat dipahami bahwa kalimat tersebut kalimat tanya.

Saya Pelajarkah?

  Begitu pula dalam Bahasa Jepang, rumus pola kalimat pertanyaan sebagai berikut:

... wa ... desu ka

... は ... です

  Contoh:
1. Watashi wa gakusei desu ka
私 は 学生 ですか
Saya pelajar kah ( Apakah saya pelajar? )
2. Anata wa Budi-san desu ka
あなた は ブヂィさん ですか
Anda Tuan Budi kah? ( Apakah Anda Tuan Budi? )
Sedangkan untuk menjawab pertanyaan tersebut Anda cukup menjawab "Hai" atau "iie" untuk jawaban singkatnya. Tanya:

あなた は ブヂィ さん ですか

Apakah Anda Tuan Budi?
Jawaban + :

はい、そう です

Iya, benar

はい、私 は ブヂィ です

Iya, saya Budi
Jawaban - :

いいえ、 そう では ありません

Tidak, bukan itu (sopan)

いいえ、 私 は ブヂィ さん では ありません

Tidak, saya bukan Tuan Budi.

Di dalam penggunaan Bahasa Jepang juga terdapat penggunaan kata bentuk umum, bentuk sopan, dan bentuk sangat sopan. Sama seperti di dalam budaya Jawa misalnya, kita mengenal 3 tingkatan bahasa Jawa, yaitu Boso Ngoko, Boso Kromo dan Boso Kromo Inggil. Untuk itu, sebaiknya di dalam penggunaan Bahasa Jepang gunakan bentuk kalimat sopan pada saat berbicara dengan orang yang baru dikenal. Seperti contoh pemilihan kapan menggunakan "dewa arimasen" dan kapan menggunakan "Jya nai" meskipun keduanya berarti "BUKAN".



Powered by Blogger.